Emphaty berasal dari bahasa Yunani Empatheia yang artinya secara ringkas adalah kemampuan untuk dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain – secara emosi, pengalaman maupun perasaan. Bulan puasa sebenarnya adalah bulan yang tepat bagi kita semua untuk melatih diri kita masing-masing, agar kita mampu ber-emphaty terhadap apa yang dialami orang-orang lain yang tidak seberuntung kita-kita yang terbiasa mengakses internet ini.
Bagi kita lapar hanya siang hari, itupun kebanyakan hanya selama sebulan Romadhan ini. Di negeri yang rata-rata penduduknya masih dibawah garis kemiskinan menurut standar islam yaitu dibawah nishab zakat berjuta-juta orang bisa jadi lapar dalam kondisi kesehariannya, siang dan malam sepanjang tahun. Kebanyakan kita tidak bisa ikut merasakan apa yang mereka alami secara perasaan dan emosi karena kita belum mampu melatih emphaty kita terhadap mereka.
Segelintir orang2 disekitar kita mampu ber-emphaty ini secara penuh – bahkan ketika mereka sering menangis pun bukan karena merasa kesedihan untuk dirinya sendiri; mereka menangis karena merasakan penderitaan orang-orang yang diurusnya. Mereka bukan pejabat yang kita pilih karena janji-janjinya untuk mensejahterakan rakyat, mereka tergerak untuk berbuat karena dorongan emphaty tadi.
Kalau saja yang kita pilih sebagai para wakil kita, para pimpinan daerah sampai presiden adalah orang-orang yang mampu ber-emphaty maka besar kemungkinan rakyat ini tidak ada lagi yang sampai harus kelaparan sepanjang tahun.
Mungkin karena salah kita sendiri, memilih orang-orang yang tidak mampu ber-emphaty terhadap penderitaan rakyat sehingga baik wakil kita maupun pemimpin-pemimpin kita – nampaknya memang tidak peduli dengan kita -rakyatnya. Ketika rakyat rame-rame menolak wakil kita membuat gedung baru misalnya, pagi ini untuk pertama kalinya saya lihat rancangan bangunan yang mulai disosialisasikan.
Entah ide siapa ini, tetapi sepintas nampaknya DPR kita ingin berkantor di kantor yang mirip dengan bangunan La Défense – Paris, dikala rakyatnya masih banyak yang kelaparan. Lihat perbandingan design gedung baru DPR-RI dengan La Défense dibawah – mirip bukan ?, mungkinkah ini oleh –oleh dari salah satu studi banding mereka ?.
Tetapi tidak ada gunanya juga kita menyesali pilihan kita terhadap wakil-wakil kita di DPR maupun pimpinan pemerintahan di daerah sampai pusat. Sebagai pribadi, sebagai karyawan swasta, sebagai pimpinan di perusahaan – kita semua insyallah masih bisa mengasah emphaty kita untuk peka terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar – antara lain melalui puasa Romadhan ini..
Bila emphaty ini tumbuh secara menjamur di masyarakat, maka Insyallah segala beban penderitaan bangsa ini akan bisa diatasi. Bila emphaty tumbuh di masyarakat pula, maka insyallah di tahun 2014 kelak ketika kita memilih wakil kita kembali dan juga pimpinan-pimpinan negeri ini – kita bisa mendapatkan orang-orang yang tumbuh juga kemampuan nya untuk ber-emphaty terhadap kita yang diwakili atau dipimpinnya.
Cukuplah uswatun hasanah kita Rasulullah SAW sebagai suri tauladan, kemampuan beliau ber-emphaty terhadap umatnya sampai diceritakan langsung oleh Allah SAW dalam Al-Qur’an : “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS 9 :128).
0 comments:
Post a Comment