Tahun 2010 merupakan awal dari bertumbuhnya perusahaan-perusahaan digital di Indonesia (startup lokal). Perusahaan startup lokal ini kemudian menunjukkan eksistensinya di tahun 2011.Ada yang bertahan, ada yang berkembang, namun ada yang mati. Mengapa startup lokal bisa bertahan? Lalu mengapa ada yang gulung tikar?
Danny Wirianto, pemimpin Merah Putih Incubator menyatakan bahwa kematian sebuah perusahaan startup lokal sering disebabkan oleh "copy cat" atau mengkloning mentah-mentah konsep milik perusahaan digital dari luar negeri yang telah sukses."Kalau orang malas, ya sudah, copy cat saja sudah cukup bagi dia. Akhirnya tidak bisa bertahan karena tidak punya kreatifitas. Startup lokal Indonesia butuh sebuah orisinalitas," ujar Danny dalam #startuplokal meet up v. 20 di @america, Pacific Place, Jakarta, Kamis (8/12/2011).
Orang yang rajin dan akan berhasil menurut Danny adalah orang yang memiliki keinginan untuk bekerja keras dan melakukan inovasi dalam berbagai hal. Ia memberikan tips inovasi yang bisa dikembangkan yakni merencanakan bisnis model, menikmati proses, fokus kepada produk, berikan service yang memadai kepada konsumen, dan lakukan pemasaran yang efektif.
"Jangan pernah ingin tahu apa yang dilakukan kompetitor, tapi fokus kepada apa yang bisa Anda lakukan untuk konsumen. Kalau anda sibuk mempelajari kompetitor, Anda tidak akan punya waktu mengurusi konsumen Anda," ungkapnya.
Inovator yang akan sukses menurut Danny harus memiliki empat hal berikut, yakni visioner, exploring, experimentery, dan modifying. Visioner adalah mampu memiliki visi yang ideal untuk masa depan. Eksploring adalah orang yang bisa mempelajari banyak hal untuk mewujudkan visi. Eksperimen bisa mngkombinasikan berbagai inovasi dan melakukan percobaan. Modifying dapat membantu mengubah format yang sudah ada ke dalam format baru yang lebih kreatif.
Selain itu, ada satu hal yang harus menjadi fokus bagi perusahaan digital start up, yakni relevansi. Dalam hal relevansi, start up harus memperhatikan hal berikut :
Bahasa
Gunakan bahasa lokal yang menjadi target konsumen. Jika menargetkan pengguna dari Indonesia maka gunakan bahasa Indonesia. Jika mengharapkan pengguna global, maka gunakan bahasa Inggris.
Konten
Sesuaikan konten dengan selera pengguna. Fokus kepada satu jenis konten. Misalnya, LinkedIn fokus kepada konten untuk para profesional, lalu Instagram fokus pada konten pengolahan foto. Konten jangan bersifat umum tetapi harus spesifik sehingga memiliki pengguna yang juga fokus.
Integrasi
Lakukan integrasi dengan website lain seperti jejaring sosial atau email dan messenger akan pengguna betah berlama-lama berada di website kita, karena mereka bisa membagikan apapun yang mereka dapat dari website kita ke semua jejaring sosial yang mereka miliki.
Berikan tools
Lengkapi integrasi dengan tools yang memadai sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan sharing konten dari website kita. Seperti tombol Facebook, twitter, e-mail, dan Yahoo Messenger yang diletakkan di tempat yang mudah ditemukan.
sumber : http://kompas.com
sumber : http://kompas.com
0 comments:
Post a Comment