Wednesday 8 December 2010

negeri makmur dalam 7tahun ditengah paceklik dunia....bisakah???

Masalah klasik yang selalu menjadi keluhan masyarakat pada umumnya adalah harga-harga kebutuhan pokok yang terus naik oleh berbagai sebab atau peristiwa. Ada isu gaji pegawai negeri akan naik, maka harga barang sudah naik duluan. Demikian pula dengan peristiwa seperti lebaran, tahun baru, imlek, krismon dlsb. selalu berdampak pada kenaikan harga. Lantas kapan turunnya ?, selagi uang yang kita pakai adalah uang fiat – maka amat sangat kecil peluang harga barang-barang akan turun. Mengapa ?.

Dalam rezim uang fiat dunia pasca Nixon Shock 1971 harga barang-barang kebutuhan pokok di tingkat dunia hampir selalu dalam situasi naik. Ketika ekonomi dunia lagi membaik – ada peningkatan kebutuhan yang tidak selalu bisa diikuti secara proporsional oleh peningkatan supply, dampaknya harga naik. Ketika ekonomi lagi memburuk, pemerintahan-pemerintahan dunia cenderung mencetak uang secara berlebihan untuk mencegah ekonomi terpuruk lebih lanjut – uang yang dicetak berlebihan inilah yang menimbulkan inflasi – yang berarti harga barang-barang secara umum juga naik.

CommoditiesSource : Financial Times
 
Grafik diatas adalah beberapa contoh kenaikan harga-harga komoditi yang mewakili kebutuhan sandang –pangan masyarakat dunia selama setahun terakhir.  Ketika harga emas dunia dalam US$ naik di kisaran 23% selama setahun terakhir (dalam Rupiah hanya di kisaran 17% karena Rupiah yang lagi lebih perkasa ketimbang US Dollar), harga komoditi yang mewakili sandang –pangan juga naik – bahkan dengan kenaikan yang lebih besar. Kapas mengalami kenaikan sekitar 80%, jagung naik sekitar 40%, kedelai naik sekitar 30%,  dan gandum juga naik sekitar 40%.

Sementara kita masih beruntung karena selama setahun terakhir Rupiah menguat dengan cukup significant dari rata-rata bulanan Rp 9,454/ US$ Desember tahun lalu , menjadi rata-rata Rp 9,005/US$ untuk bulan ini. Bila tidak karena Rupiah yang lagi perkasa ini, maka kitapun akan menderita serius oleh kenaikan harga-harga komoditi utama untuk sandang – pangan di tingkat dunia tersebut diatas.

Tetapi kondisi keberuntungan ini hanya sementara, karena bila uang kita terus menguat dibandingkan uang-uang negara mitra dagang utama kita – maka yang selanjutnya akan  terjadi adalah produk ekspor kita sulit bersaing – sementara produk dari luar membanjiri negeri ini. Bila kita sampai terjerumus lagi ke posisi deficit dalam neraca perdagangan – akan sangat sulit kita bangkit , hal ini sudah pernah terjadi di Indonesia antara 1982 -1998 dan  terjadi juga  di Amerika sejak 1992 hingga kini.

Lantas bagaimana kita bisa terhindar dari situasi dilematis tersebut ?. Solusi Qur’ani-nya adalah "...Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) secara sungguh-sungguh ...” (QS 12:47). Ternyata bila solusi ini yang kita tempuh dari dulu, maka setidaknya ada tiga manfaat yang luar biasa yang bisa dinikmati bangsa ini.

Pertama dari grafik tersebut diatas kita tahu bahwa harga komoditi sandang pangan yang terus meningkat di tingkat dunia, setahun terakhir rata-ratanya jauh diatas peningkatan harga emas (standar uang hakiki sepanjang jaman). Artinya bila kita mampu surplus dibidang sandang pangan ini, maka negeri ini pasti berjaya .  Kenyataannya sampai sekarang bukannya surplus, setelah 65 tahun merdeka kita masih impor 99.5% kebutuhan kapas kita,  dan 100% gandum yang kita konsumsi juga impor !.

Kedua masyarakat yang bercocok tanam untuk  memproduksi komoditi kebutuhan pokok sandang pangan tersebut akan terus meningkat daya belinya. Bila kita bisa memproduksi kapas (atau pengganti kapas seperti serat pisang misalnya) , harga produk ini naik hampir 4 kali lipat dibandingkan dengan kenaikan harga emas. Bila kita memproduksi kedelai , harganya naik hampir  50% lebih tinggi dari kenaikan harga emas. Bila kita memproduksi jagung, kenaikan harganya di pasar internasional hampir dua kali kenaikan harga emas. Bila kita memproduksi gandum ?, lupakan yang satu ini – karena gandum adalah tanaman subtropics – fokus saja pada apa yang sudah dilimpahkan Allah di alam negeri ini !.

Ketiga bila kebutuhan sandang – pangan kita tercukupi di dalam negeri,  negeri ini InsyaAllah lebih mampu bertahan ditengah gelombang krisis dunia. Negeri ini akan mampu menyediakan pekerjaan yang cukup bagi warganya baik laki-laki maupun perempuan,  sehingga tidak perlu lagi ada warga negeri ini yang dilecehkan di luar negeri.

Ide-ide semacam ini memang lebih mudah diucapkan (atau ditulis !) ketimbang dilaksanakan. Betul, memang tidak akan mudah – namun bayangkan bila kita tidak mulai menseriusinya sekarang – sampai 100 tahun pasca kemerdekaan-pun bisa jadi kita belum benar-benar merdeka.  Sebaliknya bila kita mulai kerja keras sekarang, seperti time-frame yang ada di Surat Yusuf tersebut diatas – siapa tahu kita dalam tujuh tahun mendatang saja sudah bisa benar-benar makmur, mandiri dan merdeka ! walaupun negara-negara lain diguncang krisis (paceklik). InsyaAllah.
written muhaimin iskandar
www.geraidinar.com

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More